
“Gimana indah sudah ketemu calom suamimu?”
“Sstt… aduh mbak Lia jangan kenceng-kenceng dong ngomongnya, Indah kan malu kalau sampai ada yang denger”
“Lho, kenapa mesti malu” mbak Lia mendekatiku kemudian meletakkan kedua tangannya di kedua tangan pundakku.
“Pernikahan itu bukanlah hal yang memalukan Indah, malah seharsnya kita berbagi kebahagiaan.”
“Iya mbak Indah ngerti, tapi masalahnya Indah juga belum tau pada akhirnya apakan kami berdua benar akan berjodoh atau tidak, Karna jodoh hanya Allah yang tau mbak, jadi sebelum ada tanggal yang pasti untuk mengikuti janji suci, Indah gk mau kalau sampai ada yang tau dulu mbak, mbak Lia tersenyum.
“Yo wes.. sak karepmu lah, seng penting awakmu bahagia.”
Indah Aprilia Permata Sari itulah namaku, aku bekerja sebagai seorang karyawati di salah satu toko konveksi di kota Jember, saat ini aku berusia 20 tahun, akan tetapi sampai saat ini aku masih dalam status belum menikah, naum hal ini bukan karena aku tidak laku. Beberapa kali pernah ada pemuda yang mencoba mendekat dan serius denganku, tapi toh pada akhirnya hubungan kami tak pernah ada yang sampai ke jenjang pernikahan.
Beberapa dari pemuda tersebut mempunyai alasan yang hampir sama saat memilih untuk menyudahi hubungan dan pada akhirnya pergi menjauh. Gadis yang membosankan, itulah alasan mereka.
Yah, begitulah sudut pandang mereka terhadapku, bahkan pernah suatu ketika ada seorang pemuda yang dengan kasarnya mengungkapkan hal itu dihadapnku langsung. Namum aku tak pernah merasa sedih atau menyesal sedikitpun dengan pandangan mereka terhadapku. Aku tetap bangga dengan prinsip yang aku pegang dalam menjalin hubungan dengan lawan jenisku.
No gandingan, no makan malam, no pergi berduaan. Seperti itulah prinspku. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenisku dan hal ini pula lah yang membuat mereka menganggapku sebagai gadis yang membosankan. Jadi aku belum menikah bukan karna aku tak laku, atau pun karna aku tidak berusaha untuk membuka diri, tetapi mungkin karena prinsip yang selama ini aku pegang dan pastinya sampai kapanpun aku gak akan melepaskan prinsip ini hanya demi seorang pemuda. Lagi pula prinsip ini benar menurut syariat agama yang aku anut. Aku yakin pada suatu hari nanti aka nada pemuda yang mengerti dan bisa menerima prinsipku ini.
“Wayo, lagi ngelamunin apaan”
“Astaghfirullah mbak Ila. Gak kok, Indah gak lagi ngemalunin apa-apa”
“Alah bohong tuh la, masak gak ngemalun bisa kaget begitu. Kemarin kan dia habis ketemu calon sahut mbak Lia yang memang duduk disamping mbak ku.
“Hah! Beneran Indah? Wah congratulation ya, terus kapan renaca naik pelaminan?
“Aduh mbak Lia, mbak Ila, jangan keras-keras dong ngomong nya. Lagian Indah masih belum ada rencana apa-apa kok, mbak Lia lagi, kan Indah sudah bilang jangan cerita sama siapa-siapa dulu. Kalau gini Indah jadi males ah cerita sama mbak Lia lagi, gak amanah.”
“Waduh jangan ngambek gitu dong.. iya deh, mbak minta maaf. Mbak janji gak bakal ngomongin hal ini lagi di depan orang lain, suer”
“mbak Ila juga minta maaf ya Indah karna udah kepo sama Indah, jangan marah ya.”
“Iya Indah, kita berdua janji drh gak akan ngomongin hal ini lagi kecuali Indah sendiri nantinya yang minta kami buat nyebarin undangan, gimana?
“Hmmm… iya deh Indah maafin.”
“Alhamdulillah” ucap mbak Ila dan mbak Lia hampir bersamaan.
“Oke kalau gitu gimana kalu makan siang hari ini aku yang traktir kebetulan aku habis dapat tips dari bos.” Tambah mbak Ila. Aku dan mbak Lia mengangguk setuju dan kemudian kami pun berjalan menuju kantin.
*********
“Indah ada temanmu itu di depan, katanya mau menyerahkan sesuatu sama kamu.”
“Iya bu, sebentar Indah turun”
“Assalamualaikum bu Indah”
“Wa’alaikum salam, oh kamu Bin, ada pelu apa ya?”
“Sebelumnya saya minta maaf karena sudah bertamu malam-malam begini. Saya sudah berusaha untuk menemui ibu di toko tapi tidak ketemu.”
“Oh iya, seharian ini kebetulan saya memang ada tugas di luar toko memang ada apa?
“Ini bu, File untuk presentasi peluncuran barang baru besok” ucap Robin seraya menyerahkan Flash Disk.
“Saya takut kalau saya serahkan besok, ibu tidak sempat mempelajarinya.”
“Oalah… sebenarnya saya juga sedang mencari-cari data ini, syukurlah kamu antarkan kemari Bin, sebentar ya saya ambil laptop. Robin mengangguk, akupun kemudian pergi ke kamar ku untuk mengambil Laptop.
Robin juga salah satu karyawan di tempat aku bekerja, anaknya rajin dan cukup sopan, walaupun usianya hanya 2 tahun lebih muda dariku, tetapi dia tetap memanggilku Ibu. Ibu kan atasan saya. Jadi sudah sepantasnya saya menghormati Ibu dan memanggil ibu dengan sebutan Ibu bukan mbak. Begitu alasannya ketika suatu hari aku memintanya untuk tidak memamggil ku Ibu.
“Nih Bin di minum dulu” ucap ku seraya menyodorkan segelas minuman.
“Terima kasih bu, maaf saya malah jadi merepotkan”
“Ah gak papa, ini Cuma air kok, silahkan di minum”
“I,ya bu terima kasih”
Kemudian mulai memindahkan Data dari Flash Disk Robin kedalam Laptipku, tanpa ku sadari diam-diam Robin memperhatikanku seraya meminum tehnya.
“Subhanallah.. sungguh aku gadis di hadapanku ini. Sama seperti orang nya, tingkah lakunya pun se-ayu rupanya. Sunggu beruntung pria yang kelak akan meminangnya.” Batin Robin
“Ini Bin.” Ucapku seraya menyodorkan Flash Disk milik Robin. Robin pun tersadar dari lamunannya.
“Sekali lagi terima kasih ya”
“iya bu, sama-sama kalau begitu saya permisi pamit bu, assalamualaikum”
“Wa’alaikum salam
“Siapa si Indah?” ibu bertanya usai aku menutup pintu.
“Eh ibu, Namanya Robin Bu, Robin juga salah satu karyawan di tempat Indah bekerja, tadi dia kesini nganterin File Data buat presentasi besok.”
“Oh… ibu kira tadi dia temen deket kamu.” Ucap Ibu dengan nada sedikit kecewa.
Aku hanya tersenyum, aku sadar sebagai seorang anak aku belum bisa membahagiakan kedua orang tuaku, terlebih ayahku yang kini telah tiada. terlebih lagi ibu yang kini sudah lanjut usia. Di usai ibu sekarang aku tau Ibu pasti sudah sangat ingin menimang cucu.
“Ibu yang sabar ya..” ucapku seraya memeluk Ibu
“Dan terus doakan indah supaya Indah bisa segera bertemu dengan jodoh pilihan Allah.
“sebenarnya kamu mau nyari suami yang bagaimana to nduk? Ibu liat setiap kali ada laki-laki yang dating untuk menanyakan mu, kamu selalu bilang belum cocok” Ibu mendesah. Kemudian melanjutkan
“Indah… bapakmu udah gak ada, Ibu takut..” sejenak ibu terdiam terlihat ia berusaha menahan air matanya. Jujur aku pun tak sanggup melihatnya